Studi al-Qur’an ala Arkoun Review Buku A Critical Introduction to Qur’anic Studies
Sebuah Refleksi atas Buku A Critical Introduction to Qur’anic Studies in Mohammed Arkoun, Islam: To Reform or To Subvert
Muhammad Arkoun, ia termasuk seorang muslim yang meragukan sakralitas al-Qur’an adalah dari Allah swt. pendekatan historisnya di dalam memahami al-Qur’an justru menggiringnya pada ahistoris, ia mengakui kebenaran al-Qur’an hanya ada di sisi Allah swt semata.
Sementara ketika tradisi lisan dengan menggunakan bahasa Arab sebagai media komunikasi wahyu dianggap sebagai sesuatu yang tidak bisa dicapai kebenarannya oleh kaum muslimin, Padahal, sepanjang zaman fakta historis menunjukkan, kaum muslimin sejak dulu, sekarang dan akan datang, meyakini kebenaran al-Qur’an Mushaf Usmani.
Secara akademis, mungkin ini hal yang bagus karena bisa membukan kesakralan mushaf al-Quran untk dikaji lebih dalam. Namun, di sisi lain juga bisa menjadi boomerang.
Perspektif yang demikian akan menggiring keraguan di dalam teks al-Qur’an, sebab ia menganggap bahwa teks al-Qur’an seperti teks-teks biasa yang tidak ada nilai sakralitasnya di dalam menghadirkan Tuhan di dalamnya. Demikian juga akan menjerumuskan ke dalam pemaksaan bahwa teks al-Qur’an harus sesuai dengan zaman manusia, bukan manusia yang harus menjadi teks al-Qur’an sebagai hudan linnas lagi.
Dengan metode penafsirannya Historis-antropologis, Linguistik-semiotis, Teologis-religius, justru akan mengobok-obok teks agar sesuai dengan metode pemikirannya. Di sini saya masih meragukan apa sebenarnya yang menjadi orientasi Arkoun di dalam melahirkan paradigma demikian.
Wacana rekonstruksi dan dekonstruksi yang dilahirkannya menafikan historisitas peradaban Arab-Islam-Rahmat lil’alamin. Bahwa kaidah al-Muhafadhah ‘ala qadimi shalih belum dilalui, namun melompat wal akhdzu bil jadidi yang belum tentu aslah bagi perkembangan pemikiran islam sendiri.
Jadi kesimpulan saya yang terkesan prejudice ini merupakan refleksi atas beberapa perkembangan teori barat yang selama ini terlalu dipahami secara serius dan memaksakan diri bagaimana agar islam dengan segala tradisinya bisa mengikuti bahkan terpengaruh oleh hegemoni teori barat.
Mungkin ini pandangan yang sempit bagi saya, karena saya cuma membaca satu perspektif saja di buku ini. Dan, tidak elok jika saya memberikan kesimpulan yang tergesa-gesa seperti demikian.
Post a Comment