Ads #1

Makna Sederhana Lirik Lagu Seperti Matahari Karya Iwan Fals

  Seperti Matahari

Keinginan adalah sumber penderitaan
Tempatnya di dalam pikiran
Tujuan bukan utama
Yang utama adalah prosesnya
Kita hidup mencari bahagia
Harta dunia kendaraannya
Bahan bakarnya budi pekerti
Itulah nasehat para nabi
Ingin bahagia, derita didapat
Karena ingin sumber derita
Harta dunia jadi penggoda
Membuat miskin jiwa kita
Ada benarnya nasehat orang-orang suci
Memberi itu terangkan hati
Seperti matahari yang menyinari bumi
(Tidak tahu album apa tahun berapa. Hehe)

foto Iwan Fals
                
Seperti matahari, ya lebih kurang seperti itu pesan dari lirik di atas. Banyak sekali karya-karya Bang Iwan yang mengubah sekaligus memberi inspirasiku dalam menjalani kehidupan ini. Terutama dalam memaknai hidup ini yang amat sangat sarat akan subyektif. 

Masing-masing orang mempunyai persepsi sendiri bagaimana ia harus hidup dan menjalaninya sekaligus orientasinya. Dan kebetulan aku sependapat dengan mayoritas karya Bang Iwan.


Keinginan adalah sumber penderitaan/tempatnya di dalam pikiran. Keinginan, tentu bukan semua keinginan adalah sumber penderitaan, karena ada juga keinginan-keinginan positif yang justru menjadikan kita semangat, namun pada kalimat di atas, lebih pada keinginan yang berujung nafsu. 

Kita –atau bila kurang tepat yaitu aku sendiri- terlalu sering dihantui oleh keinginan-keinginan yang sebenarnya tidak begitu kita butuhkan, sehingga keinginan itu mengubah dan memengaruhi sistem pola pikir kita yang selalu dihantui untuk bagaimana biar keinginan itu bisa terwujud –bahkan sampai menggunakan cara yang sebenarnya tidak baik. 

Tidak perlu kuberikan contoh karena aku yakin sudah mengerti dengan melihat realitas yang ada di sekitar kita.

Tujuan bukan utama/yang utama adalah prosesnya. Begitu banyak orang yang mempunyai tujuan yang sangat baik, namun sedikit yang menggunakan proses yang baik pula. 

Banyak orang yang menghalalkan segala cara agar ia bisa mencapai tujuan itu sendiri, tak peduli curang, culas, dan bahkan sampai membunuh satu dengan yang lain. Sebaik apapun tujuan, bila tidak dibarengi dengan proses yang baik, maka seperti halnya tingkah hewan. Secara tidak langsung manusia sendirilah yang merendahkan derajatnya sebagai manusia.

Kita hidup mencari bahagia/Harta dunia kendaraannya/Bahan bakarnya budi pekerti/Itulah nasehat para Nabi. Tidak ada orang yang bertujuan ingin hidup susah, tidak ada. 

Secara universal manusia ingin mencapai kebahagiaan –tentu dengan cara dan pemaknaan kebahagiaan itu juga amat sangat relatif/nisbi. Kita hidup di dunia, maka dunia itu kita jadikan sebagai kendaraan. Selaras dengan hadits Rasulullah yang mengatakan bahwa “Dunia adalah ladangnya akhirat”. 

Tentu tidak semata-mata dengan kendaraan itu kita bisa bahagia, masih ada yang namanya budi pekerti/akhlak/moral/etika, dsb. Manusia bisa dianggap manusia bila ia mempunyai akhlak, orang tidak akan dinaikkan derajatnya bila akhlaknya tidak ada. Nabi pernah bersabda “Manusia adalah hewan yang berakal”. Hadits Qudsi juga ada “Tidak lain Aku mengutus Kau (muhaammad) untuk menyempurnakan akhlak”

Betapa akhlak itu sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia? Sehingga Nabi Muhammad pun tidak hanya menyampaikan risalah Tuhan, pula menyempurnakan akhlak. 

Jadi yang terpenting untuk kita garisbawahi bahwasannya kita hidup tidak hanya di dunia, melainkan juga di akhirat. Jalan menuju ke akhirat itu melalui dunia, dunia kita jadikan sebagai kendaraan untuk mencapai dan menuju akhirat, tentu dengan akhlak yang baik dalam merengkuh kebahagiaan dunia.

Ingin bahagia, derita didapat/Karena ingin sumber derita/Harta dunia jadi penggoda/Membuat miskin jiwa kita. Manusia itu tidak akan pernah ada puasnya dengan apa yang dimilikinya. Itu apabila manusia tidak bisa mengontrol nafsunya, karena manusai telah diperbudak oleh nafsu tersebut. Semakin manusia merasa ingin, maka di situlah kemiskinan.

Orang miskin itu bukan ia yang kekurangan harta, namun ia yang tidak bisa mensyukuri nikmat Allah yang tak terbatas untuk makhluk-Nya. Semiskin apapun harta seseorang, bila ia merasa syukur, maka kemiskinan itu tidak ada arti baginya, karena ia percaya bahwa Allah tidak akan pernah mendholimi makhluk-Nya sendiri.

Ada benarnya nasehat orang-orang suci/Memberi itu terangkan hati/Seperti matahari yang menyinari bumi. Ada kalimat yang sering kudengar dari temanku, “jangan pernah berpikir apa yang bisa kudapatkan dari orang lain, tapi berpikirlah tentang apa yang belum kuberikan untuk orang lain”. 

Jujur, memang sulit untuk memberikan sesuatu yang kita punya kepada orang lain, jangankan orang lain, kerabat dekat kita saja terkadang kita masih merasa eman-eman. Kita masih meragukan balasan yang Allah berikan kepada kita bila mampu memberikan sesuatu kepada orang lain. 

Padahal jelas Allah berfirman di QS, al An’am: 160. “Barang siapa yang mendatangkan satu kebajikan, maka baginya balasan 10 kali lipat dari kebajikan itu. Dan barang siapa mendatangkan keburukan maka baginya balasan yang sesuai dengan keburukan itu.”

Namun kita terlampau sering hanya memercayai sesuatu yang sudah ada di depan mata, dan manusia memang sulit untuk percaya, karena sudah tidak kontrol lagi dengan makhluk Allah yang bernama nafsu. 

Kita percaya bahwa Allah tidak mungkin mengingkari janji, namun balasan sepuluh kali lipat itu menjadi sesuatu yang tidak berarti bila seketika itu diberikan kepada manusia secara langsung. Manusia dituntut untuk sabar dalam penantian pahala itu.

“Sekali-kali kamu tidak akan memperoleh kebaikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan dari sebagian harta yang kamu senangi” (QS. Ali Imran: 92).
Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: [email protected]

Post a Comment for "Makna Sederhana Lirik Lagu Seperti Matahari Karya Iwan Fals"