Ads #1

Cara jitu Menghadapi Munkar Nakir

Barangkali dari ribuan jumlah malaikat, yang paling ditakuti setelah malaikat Malik sang penjaga Neraka, adalah sahabat karib Munkar dan Nakir. Ya, mereka berdua adalah sosok yang mengerikan, jika merujuk pada teks-teks hadis maka akan ditemukan sifatnya seperti suaranya menggelegar bak petir, matanya melotot laksana kilat, ia berpijak pada rambutnya sendiri dengan taring-taring yang tajam, ia juga membawa gada, sejenis palu yang, seandainya penduduk kota Jogja gotong royong niscaya tidak akan geser sedikitpun.

Deskripsi yang bersumber dari kitab-kitab klasik lebih mengerikan dari pada itu. Jujur saja, saat masih kecil saya merasa takut sekali, tentu saja dua sejoli malaikat itu akan mengubah bentuk wajah dan dandanannya ketika yang didatangi adalah orang-orang saleh dan beramal baik kepada semua makhluk ketika di dunia.


Jangan tegang dulu, ini beberapa tips yang diambil dari orang-orang saleh ketika mereka ditanyain di dalam kuburan yang, insyaallah manjur dan bikin dua malaikat itu klepeg-klepeg, ya minimal bingung lah.

Pertama, pura-pura bodoh/bego atau istilah jawanya nggobloki. Dalam nggobloki ini niru caranya salah satu wali Allah. Ketika beliau ditanya sama Munkar Nakir “Siapa tuhan yang menciptakan langit dan bumi seisinya ini?.” kemudian Wali itu nangis ngguguk “Ya allah, kok ada makhluk ciptaanmu yang tidak tahu dan mengenal engkau sebagai satu-satu pencipta.”
Sampai di sini dijamin Munkar Nakir akan bingung sambil membela diri berterus terang, “ya ampun bapak, saya ini penguji, saya tanya bukan karena saya ndak tahu, tapi saya ini sebenarnya adalah... ah sudahlah. Ayo Nakir kita pulang aja.” Selesai sudah, tinggal tidur aja.

Kedua, ditanya balik nanya, dimarahin balik marah. Ini cara yang agak ekstrim tapi boleh buat perbandingan atau ditiru nantinya. Niru imam Sibawaih, ulama kondang persoalan gramatika bahasa arab; Nahwu. Beliau ketika ditanya sama munkar nakir “Man rabbuka?.” (siapa Tuhanmu?.)
Sebentar sebentar tunggu dulu. Emang Man itu kalimat apa?, isim, fi’il apa hurf?.” Sampai di sini Munkar Nakir akan kelabakan ndak bisa jawab, karena dipastikan mereka berdua ndak tahu, apalagi sekalian suruh nasrif fa’ala yaf’ulu atau nashara yanshuru.

Atau niru aja cara sahabat Umar ketika ditanya “Man rabbuka?” sayyidina Umar malah marah-marah. “Kalian ini gimana, kalian ndak tahu saya? Heh? Ndak tahu?. Saya ini sahabat akrabnya kekasihnya Allah yaitu Muhammad shallahu alaihi wasallam. Ini penghinaan bagi saya. Masa saya ditanyain pertanyaan macam begini?. Heh?.”

Ketiga, tipu-tipu saja. Cara ini mengikuti cara yang dilakukan oleh Abu Nawas, ya wali Allah yang kondang cerdas dan khas lucu. Konon, ketika beliau sebelum wafat wasiat agar kain kafannya harus sudah lawas lapuk dan kotor kalau bisa yang sudah bolong-bolong. Fungsinya ketika sudah dikuburan ditanya sama Munkar Nakir tinggal jawab aja “Kalian ini gimana, saya ini jenazah sudah lama, nih liat sendiri kain kafanku sudah lapuk. Salah alamat, Breeee.!”

Beres pokonya, mereka berdua bakalan percaya sebab buktinya sudah faktual aktual dan terpercaya: kafan lapuk. Niscaya dua malaikat itu akan kecelik ondhe-ondhe alias kena deh lo.

Keempat, hafal surat al-Mulk atau masyhur dengan nama tabarak. Nabi pernah cerita suatu ketika  ada seorang muslim yang berperilaku buruk, namun dia hafal wolak walik ngisor nduwur sungsang surat tabarak, saat meninggal karena dia orang berperilaku buruk maka dia akan kena pemanasan siksa kubur, Munkar Nakir sudah siap sedia dengan gada besarnya mau menggempur jenazah tersebut, tiba-tiba keluar dari dadanya “Hei, tunggu dulu, Bung. Kalian ndak kenal saya?.”
“Iya, saya tahu, engkau adalah kalamullah surat tabarak.” Jawab mereka berdua.
“Kalau kalian berani mukul orang ini, berarti kalian telah memukulku.” Jelas surat tabarak.
“O, tidak. Saya mukul orang ini, bukan mukul engkau wahai kalamullah.” Munkar Nakir masih bersikukuh.
“Tapi saya ini ada di dalam dadanya.” Tabarak ndak terima.
 Walhasil perdebatan mereka ndak ada hasilnya, lalu mereka bertiga wadul (mengadu) sama Allah. Surat tabarak mengatakan “Jika saya tidak bisa mensyafaati orang yang bisa menghafalkan saya, maka lebih baik saya dicabut dari kalamullah saja, lebih baik saya jadi makhluk biasa saja, dari pada menjadi kalamullah tapi ndak keren, ndak bisa kasih syafaat.” Lalu Allah menjawab “Orang itu adalah milikmu, silahkan apa kehendakmu.”

Gimana? Tertarik ngapalin surat tabarak?. Panjang lho ya, lumayan. 30 ayat atau dua halaman lebih setengah halaman. Saran saya kalau mau ngapalin kira-kira satu minggu sebelum mati aja, kalau ngapalin sekarang matinya masih 30 tahun lagi, ya pasti lupa lagi. Kena deh gada-nya munkar nakir yang kata orang jawa sekali hantam bisa ajur sak walang-walang.

Kalau berat menghafalkan tabarak, saya punya cara lain barang kali bisa disiapkan mulai sekarang. Jadi mulai sekarang wasiat kepada keluarga jika kelak meninggal dunia minta dicukur gundul saja, dan jangan pakai barus untuk memandikan, tapi pakai minyak telon aja. Nanti kalau sudah dikuburan dan didatangi malaikat Munkar Nakir. Bilang saja:

“Lho antum ini gimana, ana masih bayi belum balig kok pake ditanya segala, harusnya ana masuk surga tanpa hisab karena belum balig belum mukallaf. Coba liat ini kepala saya gundul, dan bau saya ini adalah bau minyak telon alias sering dipake para bayi.” 
Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: [email protected]

Post a Comment for "Cara jitu Menghadapi Munkar Nakir "