Ngaji Syawalan Bersama Gus Baha (bag. 3 selesai)
Table of Contents
Pada bagian terakhir ini adalah hadis
ke lima yang dibaca oleh Gus Baha ketika ngaji syawal di hari terakhir-terakhir
bulan syawal. Tulisan ini akan membahas tiga hadis sekaligus, mengingat Gus
Baha hanya mengkaji tujuh hadis pada kesempatan mengaji hadis arbain Imam Nawawi
ini.
Hadis ini diriwayatkan oleh Abu
Muhammad Hasan bin Ali yakni cucunya Rasulullah sendiri, bahwa ia mengingat
perkataan nabi yang mengatakan “Tinggalkanlah sesuatu yang membuatmu ragu pada
sesuatu yang membuatmu yakin.” HR. Imam Tirmidzi dan Nasai, menurut imam
Tirmidzi hadis ini berkwalitas hasan shahih.
Terkait dengan hadis tersebut, Gus
Baha secara berkali-kali mengingatkan kepada para pendengar agar meninggalkan
ketidakpastian menuju kepastian. Melakukan sesuatu yang pasti benarnya, dan
meninggalkan suatu perbuatan yang ada kemungkinan salahnya. Misalnya, Gus Baha
meyakinkan kepada para pendengar bahwa kita mengharap surga itu boleh dan
sah-sah saja, karena Allah memang menjanjikan hal itu. Namun,
walaubagaimanapun, kita sebagai manusia tentu tak cukup amal perbuatan kita di
dunia sebagai modal/alasan untuk masuk surga, jadi kita ada kemungkinan masuk
neraka.
Jadi, kita menganggap diri kita
pantas di surga itu ada kemungkinan salahnya, karena amal perbuatan kita tak
cukup. Oleh karenanya, yang pasti benar dan tidak mungkin salah adalah
mengharapkan rahmat Allah. ini jelas tidak ada, mau dilihat dari sudut pandang
manapun, kita sebagai makhluk pasti mengharapkan rahmatnya Allah.
Harus dipahami dalam hal ini bukan
berarti menyepelekan surga, akan tetapi justru kita malah merasa tahu diri
sehingga yang kita harapkan bukan soal makan tidur enak di surga, namun kita
selalu meyakini bahwa rahmat Allah lebih besar dari segala sesuatu yang ada di
semesta raya ini.
Hadis keenam adalah riwayat Abu Malik
Haris bin Ashim al-Asyari. Rasulullah bersabda “kesucian adalah separuhnya
iman, kalimat Alhamdulillah bisa memenuhi timbangan (amal), kalimat subhanallah
wal hamdulillah bisa memenuhi antara langit dan bumi, dan shalat adalah cahaya,
shadaqah adalah bukti, sabar adalah sinar (sesuatu yang dapat menyinari), dan
al-Qur’an adalah argumentasi (syafaat) bagimu, atau justru akan membuatmu
bahaya. Setiap manusia itu beraktifitas dengan memperjualbelikan dirinya
sendiri, terkadang ia membebaskan dirinya sendiri, terkadang ia merusak dirinya
sendiri.”
Hadis keenam ini penjelasannya sangat
luas sekali oleh Gus Baha, namun yang paling penting bagi saya untuk ditulis di
sini adalah, bahwa hakikat diri kita dan kehidupan kita di dunia adalah
ibaratnya jual-beli, artinya segala aktifitas yang kita lakukan selalu
mempunyai kemungkina pahala (surga) dan dosa (neraka), karena pada dasarnya
diri kita adalah suci (fitrah). Nah, kesucian kita harus dijaga dengan
melakukan hal-hal yang selalu berorientasi kebaikan dunia dan akhirat. Secara
sederhana dengan penjelasan-penjelasan hadis di atas, mulai dari bersuci,
dzikir Alhamdulillah subhanallah, shalat, sedekah, dan sabar.
Dan yang paling penting adalah
berpegangan pada kitab suci al-Qur’an, namun harus hati-hati dan jangan mudah
terkecoh, bahwa al-Qur’an memang bisa memberikan kita syafaat (hujjatun) kelak
di hari kiamat, namun jangan lupa bahwa ia juga bisa berpotensi menjadi laknat
bagi kita, dalam berbagai bentuk, misalnya menafsirkan ayat sesuai keinginan
nafsunya, memperalat al-Qur’an untuk kepentingan dunia seperti ingin dihormati,
dan lain sebagainya.
Hadis terakhir adalah hadis Qudsi
yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, ia mendengar bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda, Allah subahanahu wa ta’ala berfirman “Hai
anak cucu Adam, sungguh ketika engkau berdoa dan berharap (memohon ampunan)
kepadaku, niscaya aku akan mengampunimu apapun yang kau lakukan, dan Aku tak
peduli. Hai Anak cucu Adam, meskipun dosamu setinggi langit lalu engkau meminta
ampun kepadaku, niscaya akan aku ampuni. Hai Anak cucu adam, Meskipun engkau
datang dengan dosa seluas bumi ini, kemudian engkau bertemu denganku dalam
keadaan tidak menyekutukanku, nisacaya Aku akan mendatangimu dengan ampunan
seluas bumi ini.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, hadis hasan shahih.
Dari hadis diatas, Gus Baha
meyakinkan dengan seyakin-yakinnya dengan adanya rahmat dan ampunan allah yang
tak terbatas, oleh karenanya kita harus selalu mengharapkan rahmat dan ampunan
Allah, meskipun dosa-dosa kita tak terhingga, jika kita tetap yakin akan rahmat
dan ampunan allah, niscaya allah akan mengampuni segala kesalahan kita.
Meski demikian, jangan jadikan hadis
di atas sebagai dasar berbuat dosa lalu taubat, jika demikian namanya adalah
sombong, sebab kita merasa suatu hari akan bisa kembali ke jalan Allah, padahal
tak ada jaminan akan hal itu.
Kita harus percaya diri, bahwa rahmat
Allah lebih dari apapun.
Post a Comment