Ads #1

Profesi(onal) itu Ikhlas


Budi Hardiman pernah mengatakan, kalau tidak salah kutip begini "Profesi adalah sarana untuk mengolah hidup yang baik dan menempa keutamaan. Ada jejak religius dalam kata profesi, yakni panggilan Tuhan."

Jika semua profesi yang ada di dunia ini, disebut sebagai panggilan Tuhan, maka tidak ada perilaku perilaku buruk yang terjadi, sebab ia merasa memenuhi panggilan Tuhan dan secara otomatis dipersembahkan hanya untuk Tuhan. Jika demikian, menjadi tidak etis, bahkan tidak logis, jika profesi hanya bertujuan untuk sesuatu yang bersifat materi, pangkat, ketenaran, apalagi rimihtimih yang melulu soal de u we i te. 

Konteks ini, dalam kacamata tasawuf disebut sebagai ikhlas yang, secara bahasa berarti murni-pemurnian. Yang tidak lain adalah pemurnian tujuan kita, untuk memenuhi panggilan Tuhan.

Soal ikhlas, dari sekian banyak definisi, saya lebih sepakat yang dikatakan oleh Dzun Nun al-Mishr bahwa ikhlas itu 

“Ada tiga alamat yang menunjukkan keikhlasan seseorang, yaitu keitadaan perbedaan antara pujian dan celaan, lupa memandang perbuatannya di dalam amal perbuatannya sendiri, dan lupa menuntut pahala atas amal perbuatannya di kampung akhirat”

Hilangnya perasaan dipuji atau dihina oleh orang lain... Artinya, tidak peduli dengan pujian dan cacian, bagaimana bisa merasa (senang) dipuji, sedangkan perbuatan baik yang kita lakukan itu semata-mata anugerah dari allah, dan bagaimana kita bisa merasa dihina sedangkan segalanya yang kita lakukan adalah dari allah dan untuk allah(?).

Kalau kita pakai kaca mata Dzun Nun, selama kita masih memedulikan pujian dan caci maki orang lain atas profesi yang kita pilih, maka keikhlasan kita masih dipertanyakan. Nah, jika demikian, kita masih belum bisa dikatakan sebagai profesional.

Tentu profesi banyak macamnya, bisa jadi santri/pelajar/mahasiswa, mengatur rumah tangga, kyai, ustadz, guru, pemuka agama, ulama', berdagang di pasar di rumah di jalan-jalan, dan seterusnya. Semuanya bisa dikatakan profesi kalau kita menyadari bahwa itu adalah panggilan Tuhan.

Dan jika niat kita sudah mutlak murni ikhlas hanya (semata-mata) untuk Tuhan, maka saat itu kita bisa disebut sebagai profesional. Sebaliknya, jika niat dan tujuannya adalah mencari selain (ridha) Tuhan, maka kita masih bisa disebut sebagai amatiran.

Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: [email protected]

Post a Comment for "Profesi(onal) itu Ikhlas"