JOMBLO; Simbol Kekuatan Spiritual
Table of Contents
Apa kabar, Mblo?. Semoga kita selalu diberikan kekuatan mental secara dhahir maupun batin untuk tetap tabah menjawab pertanyaan “kapan nikah?.”
Memang, usia 25-30 adalah masa-masa rawan persoalan terminologi nikah-pernikah-an. Biasanya menimpa orang-orang yang sudah selesai kuliah tapi saat wisuda
clingak clinguk tidak ada yang bawa bunga atau souvenir untuk menyambut keluar dari gedung, jadi saran saya, jika masih belum dapat calon, teruskanlah kuliah kalian sampai di ujung semester 14, sebab kuliah selalu relevan likulli zaman wa makan untuk dijadikan alasan kenapa masih jomblo. Sebagian yang lain melanjutkan pascasarjana demi melanggengkan status mahasiswanya.
clingak clinguk tidak ada yang bawa bunga atau souvenir untuk menyambut keluar dari gedung, jadi saran saya, jika masih belum dapat calon, teruskanlah kuliah kalian sampai di ujung semester 14, sebab kuliah selalu relevan likulli zaman wa makan untuk dijadikan alasan kenapa masih jomblo. Sebagian yang lain melanjutkan pascasarjana demi melanggengkan status mahasiswanya.
Kira-kira seribu empat ratus tahun yang lalu, benar bahwa seorang Nabi pernah bilang kepada umatnya untuk menikah bagi yang sudah mampu, sekali lagi bagi yang sudah mampu. Namun kebanyakan orang fokus pada nikahnya dan mampunya, bukan pada tujuan atau manfaat nikahnya. Padahal sudah jelas, ya. Kalau nikah itu untuk menjaga mata (aghadhdhu lil bashar) atau menjaga kelamin (ahshanu lil farji). Nah, sebenarnya Nabi cuma mau bilang “Jika ente tidak bisa menjaga mata dan kelamin, maka nikahlah.” Dari pada nanti bolak-balik ke kamar mandi.
Namun ada yang alpha dari kebanyakan orang tentang nikah itu hukumnya sunnah, padahal tidak, coba dibolakbalik itu kitab-kitab tentang nikah mulai musim duren sampai musim rambutan, semua ulama fiqih sepakat tentang hukum asal pernikahan, yakni mubah, artinya mau nikah mau nggak itu adalah selera, namanya selera ya tidak bisa dipaksakan, atau mau sekarang, besok, atau bahkan kapanpun tidak ada paksakan. Sekali lagi mubah lho ya hukum asalnya, bukan sunnah. Meskipun dari mubah itu akan bercabang sampai haram sekalipun.
Jadi, jika nikah adalah mubah kenapa di mana-mana jomblo selalu dibully dan dijadikan sebagai objek contoh yang tak laku-laku?. Bagi saya, bertanya kapan nikah itu sama seperti tanya kapan makan, karena makan juga hukumnya adalah mubah. Kan jadi kasihan kalau ada seorang yang ketahuan belum makan lalu dibully di mana-mana, harusnya malah diajak makan ditraktir sukur-sukur dikasih pilihan pengen makan apa. Padahal juga belum tentu orang belum makan itu karena tidak punya uang untuk makan, kemungkinan yang paling mendekati kebenaran adalah bahwa ia sedang berpuasa. Antum sekalian mau mbully orang yang berpuasa?.
Para jomblo tidak perlu khawatir, sebab jomblo adalah simbol kekuatan spiritual. Kenapa?.
Sejarah mencatat bahwa seseorang yang sanggup menyatukan ilmu fiqih dan tasawuf adalah imam al-Ghazali, satu-satunya ulama yang mendapat gelar hujjatul Islam, dan ndilalah blio itu Jomblo sampai wafat. Adalagi, yakni Imam as-Suyuthi yang punya karya lebih kurang sampai 600 buah, Imam Nawawi, Ibn Taimiyah, dan Imam Zamakhsyari, blio semua itu Jomblo, dab. Alias tidak kawin sampai makam blio hari ini diziarahi. Kapan-kapan kita rombongan ke makam blio untuk bisa merasakan bagaimana sesama jomblo harus menjalani hidup dengan pertanyaan kapan nikah.
Saya ragu apabila mereka punya istri dan berkeluarga namun tetap mempunyai karya yang sampai hari ini masih bisa dikaji. Atau sekaliber Soedirman dan Tan Malaka lah paling tidak, bakal mempengaruhi produktifitas perjuangan dan menulis mereka, bayangkan saja ketika sedang asyik nulis atau mau gerilya, dedekya ngancem “pilih aku apa nulis?.” Nyesek banget rasane, dilema tingkat RT.
Jomblo dijadikan simbol kekuatan spiritual bagi saya tidak lebay, sebab bagi saya jomblo itu ibarat puasa di tengah orang-orang yang sibuk berdiskusi tentang aneka jenis makanan, toh tidak selamanya yang namanya puasa tanpa berbuka, kan?. Berbuka itu hanya persoalan waktu, kan?. kalau tidak di dunia ini ya di akherat sana, bareng-bareng sama Mbah Ghazali, dkk.
Jadi, mari berdoa semoga jodoh kita belum mati *halah…
Post a Comment