segala sesuatu adalah kebaikan (ulasan sederhana sajak Cak Nun berjudul "Tahajud Cinta")
TAHAJJUD CINTAKU
Oleh :
Emha Ainun Najib
Emha Ainun Najib
Mahaanggung Tuhan yang
menciptakan hanya kebaikan
Mahaagung ia yang mustahil menganugerahkan keburukan
Mahaagung ia yang mustahil menganugerahkan keburukan
Apakah yang menyelubungi kehidupan ini
selain cahaya
Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya tak diterima
Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya tak diterima
Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan
kepada kita
Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara
Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara
Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur
dan durhaka
Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya
Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya
Ke mana pun memandang
yang tampak ialah kebenaran
Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang
Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang
Mahaanggung Tuhan yang menciptakan
hanya kebaikan
Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan
Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan
Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun
kecuali cinta
Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya
1988
Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya
1988
Entah, tiba-tiba saya ingin sekali
merasakan apa yang dirasakan oleh Cak Nun ketika menggubah sajak di atas, betapa
ia memberikan solusi di tengah hiruk-pikuk masyarakat pada era orde baru tahun
80an yang kacau dan saling curiga, solusi tersebut dengan hanya memandang
sesuatu yang ada di cakrawala ini adalah sebuah kebaikan, sedangkan kebatilan
hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang, dan semuanya secara sengaja
diciptakan oleh Allah yang maha berkuasa di jagad raya ini.
Terkadang kita
hanya melihat sesuatu dari buruknya saja, tanpa berpikir panjang bahwa segala
sesuatu yang buruk sekalipun, tentu ada manfaatnya bagi selain kita. Tidak ada makanan
sisa yang sia-sia begitu saja, melainkan rizki bagi cacing dan bakteri yang ada
di sekitarnya. Tidak ada siswa yang bodoh, melainkan peranan guru yang tidak
mengetahui keragaman potensi siswanya, sebab yang ada di pikiran kita hanya
nilai yang tinggi untuk mencapai standar kelulusan, tanpa memandang kompetensi
siswa dalam suatu hal. Tidak ada orang yang jahat, melainkan hanya kebaikannya
tidak diberikan ruang dan pengakuan yang semestinya. Tidak ada kegagalan dalam
hidup, melainkan hanya usaha yang belum maksimal dan tidak diakui adanya. Tidak
ada kejelekan yang selamanya melekat pada sesuatu, segalanya tergantung
bagaimana dan dari mana semestinya harus dilihat dan dinilai.
Tidak ada di dunia ini yang sengaja
berkeinginan untuk hidup tak berguna, sebab tak berguna adalah kata yang tidak
pernah tercantum di dalam kamus Allah swt. jika ada seseorang yang terlahir
sebagai anak pencuri, maka semestinya bila ia bisa memilih sebelumnya, tentu ia
tidak akan berkenan dilahirkan sebagai
anak pencuri. Seorang pencuri yang ingin mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya,
hanyalah sebuah kebaikan yang hakikatnya tak diberi kesempatan, jika ada
pekerjaan yang layak untuk dilakukan tentu hasilnya tidak demikian. Seorang
anak pencuri pun di masyarakat akan terkena akibat dari perbuatan yang
sebenarnya tidak ia lakukan, sehingga ia tidak percaya dengan lingkungannya dan
akhirnya meniru jejak orang tuanya sebagai pencuri. Dilahirkan sebagai anak
pencuri yang tidak menjadi pilihannya, dan ketika ia dewasa akibat dari cemooh
masyarakat terhadap dirinya, maka ia menjatuhkan pilihannya sebagai pencuri.
Ini merupakan dosa jamaah yang dilakukan oleh masyarakat setempat yang tidak
memberikan ruang atau bahkan pembelajaran baginya untuk diberikan pekerjaan
selain mencuri.
Dari puisi di
atas, sangat membuka lebar mata saya untuk selalu berpikir positif atas semua
ciptaan Allah swt. sebab, dengan itu saya bertambah yakin bahwa setiap
penciptaan selalu ada nilai kebenaran dan kebajikan yang tersembunyi, sehingga
manusia diberikan ruang oleh Allah untuk mencari sesuatu hal yang tersembunyi
tersebut. Seperti kisah Nabi Adam dan Siti Hawa yang tergoda oleh syetan dan melakukan
dosa memakan buah khuldi di surga (QS. Thaha: 120), sebab itu Allah
menurunkannya ke bumi. Padahal, Allah memang berkehendak demikian untuk
menempatkan manusia sebagai khalifah di bumi, sebagaimana surat al-Baqarah ayat
30. Bila tidak ada setting Allah yang demikian, tentu Adam dan Hawa akan protes
bila diturunkan ke bumi tanpa sebab yang jelas, sebab pada dasarnya manusia
selalu membutuhkan alasan dalam setiap hal.
Maka, sejatinya tidak ada keburukan dalam
setiap kejadian, melainkan hanya pemahaman dan sebab manusia yang menciptakan. Segala
kejadian yang terburuk sekalipun di dunia ini, hanyalah sunnatullah yang
berjalan ketika manusia mengingkari dan melanggar sunnatullah yang telah Allah
ciptakan.
Posting Komentar untuk "segala sesuatu adalah kebaikan (ulasan sederhana sajak Cak Nun berjudul "Tahajud Cinta")"