Teori Fitrah dalam Al Qur'an
“Allah mengeluarkan kamu sekalian dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui suatu apapun, kemudian Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu sekalian bersyukur.” (QS. An Nahl 78)
Salah satu karya monumental Al Ghazali dalam pandangan tasawauf yaitu kitab Risalah laduniyah. Dalam karya ini, penjelasannya tentang epistemologi imu pengetahuan, terbagi menjadi dua sumber penggalian. Pertama , sumber insaniah (diusahakan oleh manusia), dan kedua,sumber rabbaniah (tidak bisa diusahakan oleh manusia kecuali dengan informasi dari Allah melalui petunjuk), seperti pengetahuan tentang hal-hal yang metafisis. Sumber rabbaniah dibagi pula menjadi dua. Wahyu (kepada Nabi), dan ilham (kepada manusia biasa).
Teori yang erat hubungannya dengan pendapat Al Ghazali adalah teori Epistemologi Kritisme (transendentalisme) yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia adalah berasal dari dunia luar dan dari jiwa atau pikiran manusia itu sendiri. (S. Takdie Alisahbana, Pembimbing Ke Filsafat Metafisika)
Apabila ditarik ke “kemudian Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu sekalian bersyukur” maka akan memperoleh metodologi mencari pengetahuan, yaitu bagaimana cara manusia dalam mencari pengetahuan. Pembahasan ini dikenal ada 3 macam aliran.
Pertama, Aliran Navitivisme (Schopenhauer). Ia mengatakan bahwa bakat mempunyai peranan yang penting. Jadi tidak ada gunanya manusia yang belajar tapi bakatnya jelek. Ibarat mengubah batu menjadi emas. Kedua, Aliran Empirisme (John Lock). Ia mengatakan bahwa; Manusia secara primordial diumpamakan sebagai kertas putih yang bersih. Jadi, tinggal lingkungan dan pengalaman yang akan membentuk manusia itu. Ketiga, Aliran Convergensi (William Stern). Aliran ini adalah penengah dari aliran diatas, yaitu; bakat dan pengalaman atau lingkungan adalah sama pentingnya untuk memperoleh pengetahuan.
Pendapat saya, berbicara epistemologi ilmu dan fitrah tidak akan terlepas dari teori pendidikan, karena ketigamya sama-sama dalam bentuk proses yang akan membawa seseorang memperoleh kecakapan baik fisik maupun mental. Ilmu pengetahuan itu berasal dari pengalaman manusia itu sendiri, baik itu didapat secara teoritis maupun praksis melalui dunia luar yang ditangkap oleh panca indranya.
Sejatinya menusia tidak memiliki pengetahuan apapun (la ta'lamuna syaian) Kemudian diberi indera penglihatan, pendengaran dsb untuk mengupayakan analisis dari informasi pengetahuan yang diterima, Baik itu diperoleh dari teks kitab (Al Qur’an dan Hadist) maupun ide. Oleh sebab itu, pengalaman seseorang sangatlah penting di dalam mengupayakan pengetahuan.
Secara filosofis, manusia adalah makhluk rasional sehingga segala sesuatu yang menyangkut pengembangannya didasarkan pada sejauh mana pengembangan fikir yang dapat dikembangkan. Hal ini disebutkan dalam Al Qur'an al baqarah 269.
Unduh tulisan ini, silakah Unduh
Post a Comment