EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM
Bookmark

Dua Tipuan Berbahaya: Waktu Luang dan Kesehatan

Hadis tentang dua nikmat yang menipu sehat dan waktu luang

Ada yang pernah mendengar kalimat ini? “Kalau bisa dikerjakan besok, kenapa harus sekarang?”

Kalimat ini seperti mantra yang merasuki banyak dari kita, membenarkan kebiasaan menunda-nunda. Pertanyaan yang lebih penting adalah, apakah kita sadar kalau kita sendiri yang sering melakukan itu.

Saya tidak bisa memungkiri, sampai hari ini saya masih berusaha melawan kebiasaan menunda pekerjaan. Rasanya, adrenalin untuk menyelesaikan sesuatu baru muncul kalau sudah mepet tenggat waktu. Tanpa tekanan, tidak ada motivasi. Namun, saya punya keinginan kuat untuk tidak hidup dalam siklus ini lagi.

Perjalanan saya untuk berubah dimulai dengan memahami akar masalahnya. Saya membekali diri dengan sebanyak-banyaknya informasi tentang procrastination. Saya membaca buku, artikel, dan juga mencari petunjuk dari sumber-sumber spiritual, termasuk Al-Qur’an dan Hadis. Di sinilah saya menemukan perspektif yang sangat mencerahkan.

Hadis tentang Dua Nikmat yang Menipu

Ribuan tahun yang lalu, Nabi Muhammad saw. pernah bersabda kepada Ibnu Abbas:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ — رضي الله عنهما — قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ — صلى الله عليه وسلم -: «نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ». (بخاري: ٦٤١٢)

Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Sahihnya nomor 6412 ini, menyebutkan bahwa ada dua nikmat yang sering disalahgunakan (maghbunun) oleh banyak manusia: sehat (as-shihhah) dan waktu luang (al-faragh).

Hadis ini membuka mata saya. Kesehatan dan waktu luang adalah tipuan, bukan karena keduanya buruk, melainkan karena kita sering keliru dalam menyikapinya. Sehat seharusnya dipandang sebagai modal untuk produktivitas, bukan alasan untuk bersantai. Waktu luang adalah kesempatan untuk bertumbuh, bukan untuk berleha-leha. Ketika kita menyia-nyiakannya, kedua nikmat ini bisa berubah menjadi bumerang.

Pernahkah Anda merencanakan banyak hal saat libur? "Hari ini saya mau bersih-bersih rumah, besok baca buku, lusa olahraga." Tapi apa yang terjadi? Dua hari pertama Anda habiskan untuk tidur dan menonton serial di Netflix. Rencana pun hanya tinggal angan.

Siklus Penyesalan yang Terus Berulang

Siklus ini dimulai dengan godaan kecil. "Sebentar saja, nyekrol TikTok lima menit, setelah itu baru mulai kerja."Apa yang terjadi? Lima menit berubah jadi satu jam, lalu dua jam, dan seterusnya. Kita asyik tersesat di lautan konten yang tak berujung hingga sadar-sadar sudah larut malam. Rencana pun gagal total.

Siklus ini sangat berbahaya karena memicu penyesalan. Kita tahu hal ini akan terjadi lagi, tapi anehnya, kita mengulangi kesalahan yang sama. Kita terus menunda pekerjaan, mengabaikan kesehatan, dan membiarkan waktu luang terbuang. Akhirnya, kita kembali ke titik yang sama: "Besok saja deh."

Untuk memutus siklus ini, saya menyadari pentingnya mengambil tindakan nyata. Salah satu yang saya lakukan adalah membatasi penggunaan gawai. Saya sempat terkejut melihat screen time saya mencapai 6 jam per hari. Itu setara dengan sepertiga waktu bangun saya! Untuk mengatasinya, saya mulai menghapus beberapa aplikasi media sosial yang paling banyak menghabiskan waktu, dan hasilnya sungguh signifikan.

Mengubah Waktu Luang Menjadi Peluang

Waktu luang yang awalnya menjadi jebakan kini bisa diubah menjadi peluang. Daripada membiarkan diri terjerembab dalam kubangan waktu luang, saya mencoba mengalihkan perhatian ke hal-hal kecil yang positif. Kuncinya adalah mulai dari yang terkecil dan termudah.

Misalnya, jika ada buku baru yang ingin saya baca, saya tidak langsung menargetkan 100 halaman. Saya hanya menargetkan satu halaman. Jika saya merasa malas, saya hanya akan membaca paragraf pertama. Begitu selesai, sering kali muncul dorongan untuk membaca lebih banyak.

Begitu juga dengan pekerjaan rumah. Daripada menunda bersih-bersih rumah, saya mulai dengan hal yang paling kecil: membersihkan debu di meja. Begitu meja bersih, saya merasa ingin merapikan tumpukan buku di sebelahnya. Lalu, saya jadi termotivasi untuk menyapu lantai. Tindakan-tindakan kecil ini seperti efek domino yang memicu produktivitas lebih besar.

Dengan cara ini, saya tidak lagi merasa bersalah saat sesekali ingin bersantai atau menengok media sosial. Saya tahu bahwa saya sudah menggunakan sebagian besar waktu saya untuk hal-hal yang produktif dan bermanfaat.

Pada akhirnya, menaklukkan dua tipuan berbahaya ini dimulai dari kesadaran bahwa waktu dan kesehatan adalah modal berharga, bukan aset yang tak terbatas. Dengan mengambil satu langkah kecil hari ini, kita tidak hanya mengubah kebiasaan menunda, tetapi juga membangun kehidupan yang lebih bermakna dan terarah.

Bagaimana dengan Anda? Apa langkah kecil pertama yang akan Anda ambil untuk mengubah kebiasaan menunda?

Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Post a Comment