Ads #1

Di Dunia ini, Jadilah Seperti Musafir

Napas yang dihembuskan setiap detik, sebenarnya tanda yang paling jelas bahwa usia berkurang seiring dengan hembusan napas-napas itu. Dunia yang dihuni adalah stasiun tunggu, pada saat menunggu kereta, tentu kita harus mempersiapkan perjalanan yang akan ditempuh.

Sebagai musafir, tentu tidak ada yang membawa bekal lebih dari secukupnya. 

Lalu, saya mencoba mengingat-ingat kembali ketika hendak melakukan perjalanan. Saya hanya membawa baju secukupnya, makanan ringan secukupnya, dan perbekalan lain yang tidak lebih dari satu tas ransel.

Membawa semua barang yang kita miliki, adalah tindakan konyol bagi seorang musafir. Sebab yang kita punya, belum tentu yang kita butuhkan di perjalanan. 

Nabi pernah mengatakan "Jadilah seperti musafir di dunia ini"

Secara sederhana, saya menafsirkan kalimat itu sebagai pengingat bahwa musafir tak terlalu memikirkan hal-hal yang rumit, di sepanjang perjalanan ia hanya berpikir yang penting bisa tidur, makan dan sampai tujuan dengan selamat. Proses-proses menuju tempat tujuan, seringkali diabaikan asalkan sampai pada tujuan dengan selamat. 

Dalam syair Qashidah Unwanul Hikam Syaikh Abu Fattah al-Busti berkata begini

وكل وجدان حظ لا ثبات له   ......   فان معناه في التحقيق فقدان

Setiap hal yang kita dapatkan bukanlah milik kita, justru pada hakikatnya kita sedang kehilangan (jika hal yang kita dapatkan itu tidak ada nilai pahala untuk bekal di akhirat kelak)

Benda-benda yang kita miliki barangkali sudah tidak terhitung banyaknya, saking banyaknya kita saja tidak mau menghitungnya, selain karena malas, bisa jadi karena kita sering tidak peduli dengan benda-benda yang sudah pernah kita miliki. 

Hidup minimalis. Mungkin konsep ini ada benarnya dengan slogan "Hiduplah dengan barang-barang yang kamu butuhkan saja" Sebab di akhirat, kita tidak tahu benda mana yang ternyata jadi masalah ketika di hari perhitungan kelak.

Mengurangi barang bisa jadi mengurangi risiko dari hambatan-hambatan yang kelak akan terjadi. Lagi pula, benar kata orang jawa "Bondo ora digowo mati" 

Ya, sejatinya kita sedang melakukan perjalanan untuk pulang ke sana, di tempat kita pada awalnya. Surga. 

perjalanan hidup
qowim.net
Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: [email protected]

Post a Comment for "Di Dunia ini, Jadilah Seperti Musafir"