Yahya Tumbuh Gigi; Mitos ngubur Ari-ari

Table of Contents

Kata "tumbuh gigi" sering saya dengarkan ketika usia Yahya sekitar 7/8 bulan. Kalau Yahya lagi nangis-nagis tidak jelas dan badannya agak anget, istri selalu bilang "Kayaknya mau tumbuh gigi, Mas."

Itu terjadi berulang-ulang, hingga jadi bahan guyonan saya untuk nggojloki istri kalau Yahya lagi tidak enak badan, sebelum ia bilang tumbuh gigi, saya mendahuluinya "Wah arep metu untune arep metu untune"

Untuk persoalan tumbuh gigi, Yahya memang ... saya tidak tahu pasti secara medis telat atau tidak. Tapi kalau melihat anak di sekitar saya dan teman-teman saya, biasanya sudah pada bermunculan giginya satu atau dua di usia 7-8 atau mungkin 9 bulan.

Ada mitos, kalau mengubur ari-arinya agak dalam, nanti tumbuh giginya agak lama, sebaliknya jika mengubur ari-arinya cethek, maka giginya tumbuh cepat.

Persoalannya adalah, sewaktu saya ngubur ari-arinya Yahya itu cethek, karena tidak ada cangkul, pokok yang penting kependem, gitu aja.

O berarti bukan persoalan ngubur ari-ari, kesimpulan saya.

Ada pula mitos, ngubur ari-ari dengan mengikutsertakan kalkulator, bolpoin, buku, atau alat-alat semacamnya lah, gawai mungkin.

Biar si anak tumbuh cerdas karena ada alat-alat canggih tersebut, mungkin asumsinya demikian.

Tapi saya tidak sampai melakukan hal tersebut, saya cuma ngiris-ngiris bawang putih, laos sama jahe. Plung selesai.

Di usia Yahya yang satu tahun kurang 18 hari, baru satu atau dua minggu yang lalu tumbuh metungul gigi susunya, hampir satu minggu ini rewelnya masya allah.

Nangisnya sampai gigil bahkan sampai gumoh alias muntah-muntah. Hati saya maktratap-tratap.

"Ini baru gigi seri, nanti kalau gigi geraham lebih sakit." Kata istri.

Saya sering tidak tega, melihat ia meringis-meringis sambil menangis, mungkin sakit ya tumbuh gigi?

Saya tidak ingat sakitnya.

Persoalan ari-ari ini saya termasuk orang yang tidak percaya dengan mitos tersebut, buktinya ari-ari Yahya saya kubur tidak terlalu dalam saja tumbuhnya di usianya yang hampir setahun baru tumbuh.

Apalagi soal ngubur ari-ari dengan bulpoin, buku, kalkulator bahkan telepon pintar. Wah ini kelewat batas, bagi saya ini perilaku yang sia-sia.

Tidak ada hubungannya antara ngubur ari-ari dengan alat tulis dan kecerdasan anak di masa depan.

Hehehe
Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: janurmusthofa@gmail.com

Post a Comment