Kisah Petani Miskin dengan Kuda Putihnya: Jangan Peduli Omongan dan Komentar Orang Lain

Table of Contents

Alkisah, di sebuah desa terpencil hidup seorang petani miskin yang mempunyai satu kuda putih; cantik dan gagah, ia didatangi oleh saudagar kaya raya untuk membeli kuda tersebut, petani miskin itu bergeming tidak mau menjualnya.

Selang beberapa hari kuda putih tersebut hilang. Para tetangganya menyayangkan hal tersebut kepada si petani miskin "Andai saja kamu menjual kuda putih itu, pasti kamu akan kaya raya."

Si petani miskin diam saja.

Esok harinya ia membawa 5 kuda liar yang didapatkannya dari hutan, kudanya gagah-gagah dan perkasa. Para tetangganya mengatakan "Wah, beruntungnya kamu bisa mendapatkan 5 kuda liar." Si Petani miskin diam saja.

Hari-hari berlalu, anak laki-laki dari petani tersebut bertekad untuk mengajari dan menjinakkan kuda liar tersebut, tapi naas anak laki-lakinya terjatuh dan kakinya patah, mengakibatkan ia tidak bisa berjalan.

Melihat kejadian itu, orang lain komentar "Wah saya sekali, 5 kuda liar itu ternyata membawa bencana untuk keluarga dan anak laki-lakimu. Kalian bernasib buruk sekali."

Si petani miskin tetap diam saja.

Hingga pada suatu hari, terjadilan peperangan di desa tersebut, semua warga terutama laki-laki dan pemuda diwajibkan untuk ikut berperang. Mendengar kebijakan tersebut, para tetangga petani miskin tersebut berduyun-duyun mendatangi rumahnya sambil mengatakan "Beruntungnya nasibmu dan anakmu, kami menyerahkan anak laki-laki untuk berperang, tapi sungguh beruntung karena anakmu tidak bisa ikut."

Apa yang dilakukan si petani miskin tersebut?. Ia tetap diam saja.

***

Hidup kok ikut omongan orang lain, tidak akan pernah selesai. Hiduplah dengan cara kita sendiri. Dengan keyakinan-keyakinan yang kita miliki sendiri, tak perlu mendengarkan pendapat orang lain. Kecuali, kepada orang-orang yang kita anggap sebagai keluarga, guru dan teman sejati.  
Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: janurmusthofa@gmail.com

Post a Comment