Endogku Mateng
Table of Contents
Jumat hari ini panas sekali. Jemuran di belakang rumah cuma tiga jam sudah kering dan garing.
Saya jumatan terlambat, khutbah kedua baru berangkat pakai sepeda motor. Masjid yang saya tuju termasuk kecil, sekali terlambat pasti salat di jalanan depan masjid.
Benar. Sampai di masjid parkiran penuh. Saya nunggu khutbah kedua selesai sambil berdiri. Selang tiga menit sudah iqamah.
Beralaskan tikar, langsung ikut imam salat jumat. Suratnya pendek-pendek. Tadi imamnya baca surat asy-syams untuk rakaat pertama. Rakaat kedua ... Hmm saya lupa.
Nggak tahu ini lupa pertanda khusuk atau pertanda mikirin sepeda motor yang diparkir sekenanya tanpa atap.
Salat selesai, teman saya yang berada di baris kedua di depan saya langsung berdiri. Bergegas ke tempat ia memarkirkan sepeda motornya.
Saya ikutan. Sambil baca fatekah.
Motor teman saya diparkir tepat di depan motor saya.
"Panase ... Aku ra nganggo sempak je."
Saya sambil tertawa ngikik. Orang berjejal mengikuti arah pulang.
Tepat ketika teman saya menempelkan bokong di atas jok motornya, ia menahan kepanasan. Wajahnya seperti kendil.
"Wah. Ndogku mateng iki." Katanya lirih.
Saya terpingkal-pingkal sambil menghidupkan motor.
Berkali-kali tidak mau hidup. Apes ...
Bensin habis ternyata.
Post a Comment