Anak Itu Amanah: Ahmad Zaki Yahya

Table of Contents
Ia adalah anak pertama saya, laki-laki. Lahir Selasa, 17 Juli 2018 pukul 00.30 di Rumah Sakit Panembahan Senopati. Ahmad Zaki Yahya.

Saya tahu ia adalah laki-laki ketika tujuh bulan dalam kandungan. Saat itu saya bersama istri sengaja ke Rumah Sakit untuk USG (ultrasonografi), dokter Yuane bilang ia seorang laki-laki sambil diperlihatkan alat kelaminnya “Wah, cowok ini, jagoan” kata dokter, kami tersenyum, alhamdulillah. Kondisinya sehat, berat dan panjang ideal sesuai dengan standard 7 bulan kehamilan.

Sebelumnya, pada kehamilan bulan keempat, istri saya pulang ke rumahnya, katanya mau tirakat untuk jabang bayi. Ia berpuasa 40 hari, mengkhatamkan Alquran satu hari satu khataman selama berpuasa. Amalan tersebut dilakukan karena ibunya dulu, alias mertua saya juga melakukan hal yang sama. Alhasil saya di Bantul sendirian menduda selama 40 hari.

Kata istri, setelah pulang dari tirakat matangpuluh, jika jabang bayi adalah laki-laki, ia ingin memberi nama anaknya Yahya. Saya sepakat saja, karena tidak meragukan nama itu. Nama Yahya, kata istri saya ketika membaca surat Maryam tepat pada ayat “Ya Yahya Khudzil kitaba biquwwah…” ia senyum-senyum sendiri dan merasa bahagia.

Sejak saat itu, saya yakin saja bahwa nama Yahya adalah bagus. Tafa’ulan dengan Nabi Yahya.

Yahya lahir dengan berat 3.45 kg dengan panjang 50 cm. Ia termasuk ukuran bayi yang lahir besar. Perjuangan ibunya sangat luar biasa tangguh. Ibu hebat, kata teman saya.

Saya diberi amalan dari guru saya, pada usia kehamilan 8 bulan, istri disuruh untuk sering-sering membaca surat al-Insyiqaq dan Ath Thariq. Dua surat tersebut untuk memperlancar dan mempercepat persalinan.

Untuk saya, diberi amalan membaca shalawat minimal 1000 kali setiap malam sambil menunjuk pusar istri, kata guru saya agar ikatan batin antara anak dan bapak terjalin kuat. Saya lakukan. Meski terkadang ketiduran di sela-sela membaca shalawat.

Bagi saya, sebagai seorang kepala rumah tangga baru, pada 3 hari menjelang persalinan istri, tidak ada modal apapun kecuali menyiapkan mental dan meminta doa-doa kepada sahabat, karib, keluarga, guru-guru dan para kyai.

Hingga sat ini, saya masih percaya bahwa kekuatan itu diberikan oleh Allah kepada kami melalui doa-doa yang dipanjatkan kepada kami.

Nama tambahan Ahmad Zaki saya minta dari guru saya, di usia yang masih 3 hari, saya sowan kepada guru saya untuk memberikan nama anak saya, selang 2 hari berikutnya, guru saya nengok ke rumah yang kami tempati, beliau mengatakan ditambah Ahmad Zaki. Ahmad itu bagus dan Zaki itu suci. Diharapkan ia akan menjadi nama yang baik.

Semoga Yahya menjadi anak yang salih dan mencintai para kiai.

Semoga Bapak dan Ibunya bisa Amanah.
Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: janurmusthofa@gmail.com

Post a Comment