Ads #1

Satu Lagi Soal Kafir-Munafik-Fasik



Menurut Badan Statistik Indonesia, satu-dua dekade ke depan, jumlah muslim di Indonesia tinggal 10 persen saja. Bukan karena kemurtadan atau semacamnya, melainkan dikafirkan dengan sesama muslim sendiri, lebih spesifik lagi hanya karena memilih pemimpin yang non-Muslim. 

Sebenarnya tema ini sudah kelewat basi alias mambu untuk dibahas, mulai dari pembahasan yang paling serius sekelas Kyai Gus professor  doktor, sampai kelas guyonan meme, satire dan wathon. Seperti perdebatan bumi bulat atau datar. Atau jangan-jangan di sini masih mengikuti madzhab Bulatiyyah?.

Setelah nonton film dokumenter PKI yang di dalamnya terdapat fenomena penolakan jenazah eks-PKI di makamkan di pemakaman Muslim. Kukira itu fenomena yang purna dibahas di sana dan tak ada lagi setelahnya. Etapi faktanya, Naudzubillah hanya karena Pilkada, iya milih gubernur yang non-Muslim saja, jadi viral di jagad medsos terpampang dengan jelas di masjid-masjid pasang kalimat senada “Masjid ini tidak mensholatkan jenazah kafir-fasik-munafik.”  

Ya allah Tuhan YME. Negara kok penuh dengan riwayat caci-maki, kapan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia ini akan terpeli(hara). 

Siapa yang tak paham Abdullah bin Ubay, tokoh antagonis dalam sejarah Nabi yang disebut sebagai ketuanya orang Munafik. Tapi akhlak Rasulullah luar biasa. Ketika ia sakit, Nabi menjenguk lalu saat ia mati dengan besar hati, nabi memberikan gamisnya untuk dijadikan kain kafan, lalu Nabi menshalatinya, meskipun sebelumnya terjadi perdebatan dengan Umar. Kemudian baru turun Taubah ayat 84.

Lalu ayat itu antum jadikan dalil untuk melarang menshalati orang munafik?. Lalu, apa antum tahu itu jenazah benar-benar munafik?. Atau jangan-jangan hanya karena beda pandangan saja?.  

Bukankah Nabi Musa juga pernah dikafirkan oleh Fir’aun karena dianggap tidak tau balas budi dengan keluarga besarnya yang, sejak kecil dirawat, sudah gede malah memberontak, dengan mengatakan wa anta minal kafirin. (kowe ki kafir sa, Musa.) perdebatan ini silakan lacak di surat syu’ara; 18-30an.

Antum ini ikut caranya siapa sih?. Hhhh. Syebel aku…

Nabi Musa aja yang mulianya masyaallah disuruh dakwah kepada Fir’aun yang bejatnya Dahsyatullah, dengan memakai kalimat yang lemah lembut (qaulan layyinan; thaha: 44), Nabi Muhammad saja yang mulianya gak ketulungan lagi, disuruh dakwah dan nasehat kepada sahabatnya dengan tawadhu’ jangan kesusu, jangan kasar. (wakhfidh janahaka li man ittaba’aka minal mu’minin).

Lah antum ini mulianya tak sepadan dengan Nabi Musa dan Nabi Muhammad, tak ada seupil beliau, dan orang yang antum dakwahi itu tidak seburuk Fir’aun, Jalut, Numrud. Lah kok cara dakwahnya sikit-sikit kafir-fasik-munafik(?). 

Antum pernah denger cerita tentang Imam Ali nggak sih. Itu lho ketika pendukungnya bertanya kepada beliau tentang para pemberontak yang ingin menggulingkan kepemimpinan Imam Ali. Suatu hari beliau ditanya sama mereka; 

“Pak Ali KW. Itu, mereka itu statusnya kafir nggak, sih?.” 

“Waiya jelas. Tidak. Justru mereka itulah orang yang memerangi orang kafir. Masa iya jeruk minum jeruk?” Jawab Imam Ali. 

“Lah terus. Apa mereka munafik?.”

“Jelas bukan tho yaaa. Munafik itu cirinya malas menunaikan ibadah, dan sedikit berdzikir (mengingat) kepada Allah. justru mereka itu orang yang rajin beribadah dan semangat berdzikir kepada Allah.” jawabnya menolak. 

“Lah terus mereka itu golongan apa?.”

“Mereka hanyalah orang-orang yang terkena fitnah. Mereka buta sekaligus tuli.” Kata Imam Ali tenang. 

Kalau kita buka sejarah, Imam Ali terbunuh oleh salah satu di antara mereka yang bernama (tiiiiiiiit *sensored demi menutupi aib sesama muslim dan menghindari ghibah). Jangan heran, ia adalah orang yang siang berpuasa, dan malam selalu qiyamulail alias tahajud, hafal Qoran Hadis di luar kepala, lebih dari itu setiap ucapan yang keluar dari mulutnya adalah ucapan-ucapan dzikir. 

Lihat… Imam Ali yang kadar keimanannya jauuuuuuh sekali dari kita, tak sampai ada sebersit niat untuk mengkafir-munafikkan orang lain yang jelas-jelas mengucapkan syahadat. Lah antum ini cuma Islam turunan kok nggaya. Wis nggaya, gembagus pisan…  

Ya Allah Tuhan YME. Subhanallah, hanya engkau yang dapat menciptakan makhluk seperti demikian, udah gitu banyak lagi… kuatkan kepala kami dari godaan mengkafir-munafikkan orang lain yaoloh… 

Sebenarnya banyak sekali cerita yang akan mengantarkan kita pada pemahaman bahwa persoalan kafir-munafik-fasik itu wilayah Tuhan yang suci, bukan wilayah manusia yang pragmatis, oportunis dan, politis. 

Terdapat satu riwayat cerita lagi bahwa ada seekor kelinci sama lebah. Lebahnya galak. Kelincinya digigitin. Terus kelincinya berubah jadi besar. Kayak balon. Tapi banyak bulunya.
Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: [email protected]

Post a Comment for "Satu Lagi Soal Kafir-Munafik-Fasik"