Ads #1

Nabi Muhammad dan Sayyidina Ali dalam Persoalan Kurma

Gara-gara saya ngeshare foto edit hasil sotosop statusnya cak lontong dengan kepsyen (*geleng-geleng kepala) maka saya dimarahin kemudian diblock oleh salah satu teman saya, tapi sih tak masalah. Lah emang temannya teman saya yang, saya tak pernah ketemu juga dan tak tahu secara jelas bagaimana ia. Tapi tak jadi soal lah. Ada lagi teman fesbuk saya juga komen “hati-hati itu ulama kok dijadiin becandaan. Ingat, dagingnya ulama itu racun” kata dia

Maksudnya, saya disuruh hati-hati jangan mengejek orang lain apalagi ulama, atau menjadikan bahan tertawaan

Oke deh. Tak masalah. Saya terima. Dan akhirnya demi menjaga stabilitas di beranda fesbuk saya, akhirnya saya hapus konten tersebut. Dan selesailah sudah perkaranya. Hehehe...

Iya jujur saja, ngeshare foto tersebut karena anggapan saya lucu, karena ternyata raja Arab yang bernama Salman itu ternyata tidak ke Petamburan untuk sowan ke Habib Riziq yang didaulat menjadi imam besar ulama Indonesia, dan lucunya lagi, Salman Raja Salman dengan Ahok yang, dianggap menistakan agama Islam. Lucu gak sih?. Ah, kalau saya sih lucu banget. Hahaha.

Meskipun ada ajaa orang yang mengira bahwa foto salaman raja salman dan ahok itu hoax alias dobol tok. Ya wajar sih, namanya juga orang kurang kerjaan, jadi ya kerjaannya cuma bisa kaya begitu

Apalagi, ekspektasi para alumnus/simpatisan 212 bahwa raja Salman akan mengunjungi imam besar Habib itu, dan ahhh… ini cuma persoalan bisnis akhi. Soal uang. King Salman mah masa bodo aja soal penista-penistaan agama di sini.

Namun, di sini saya cuma ingin membahas satu hal saja, bahwa pakdhe Jokowi kok pinter banget ya mempermalukan orang dengan cara yang begitu halusnya. Hahaha.

Bahwa lagi, cara beragama yang baperan, atau terbawa perasaan itu sangat tidak menyenangkan yang menyebabkan saraf di kepala kita tegang. Masih ingat tidak sih Gus Dur pasca dilengserkannya dari kursi presiden, beliau cuma pake celana kolor keluar dari istana dan menemui para jamaahnya. Itu kan bagian dari kelucuan yang harus kita tanggapi dengan santai dan tidak sepaneng.

Saya kok curiga ya, mereka yang baperan itu ya karena ada unsur keberpihakannya. Lah buktinya, mana sih suara mereka ketika KH. Said Aqil Siraj dituduh syiah-disesatkan, Prof.  Quraisy yang disyi’ahkan juga, dan Buya Syafi’i yang pernah juga dikatain tua Bangka dll. Atau jangan-jangan mereka punya standar sendiri dalam menilai ulama, atau Cuma dia orang saja yang dianggap ulama. Naudzubillah malah su’udhon sih…

Di balik semua ini…

Dari kejadian ini kok saya jadi ingat Sayyidina Ali yang ngajak bercanda Nabi. Suatu hari Nabi dan sayyidina Ali sedang bertamu pada salah satu sahabatnya kemudian disuguhi kurma.

Ali memakan kurma itu dengan lahap, tapi biji kurmanya diletakkan di depan Nabi Muhammad. (mungkin agar dikira bahwa yang makan banyak kurma itu bukan dirinya,melainkan nabi).

Nabi Muhammad tahu akan hal tersebut, kemudian menanggapinya dengan “Wah, Ali kelihatan sekali laparnya, makan kurma kok sekalian dengan biji-bijinya, saya aja gak doyan sama biji kurma kok.”

Ali hanya bisa senyam-senyum tak jelas.

Cerita ini diambil dari ceramah Gus Baha pada suatu hari yang saya lupa sendiri kapan.  Jika ada yang tahu dan pernah baca cerita ini di mana, harap kasih komentar di bawah ya...

Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: [email protected]

Post a Comment for "Nabi Muhammad dan Sayyidina Ali dalam Persoalan Kurma "