Keluarga Baru: Hayun

Merasa berdosa dan sungguh menyedihkan, niatnya mau ngrawat
biar sembuh, eh belum sembuh malah kedisikan Izrail. Kan nyesek...
Setelah kehilangan Ome, saya main ke tempat temen di
pesantren sorogenen, saya melihat tiga kucing ras di dalam kandang, tapi kurang
terawat. Pup di kotak pasir sampai menggunung. Sumpah demiapah, wuambuneee
syedep. Seperti... ah u know what i mean...
Melihat hal itu saya bilang dengan teman saya “Mbo ya ta
openane kui kucinge siji. Mesakke.”
“Hanjo kono, tapi kui kucinge pak yai, tembung wae lak yo
kerso mestine.” Jawab teman saya.
Wah jika begini saya kurang berani, tapi saya tak kurang
akal, minta tolong dengan Gus Saya untuk membantu “matur” sama pak yai meminta
kucing satu itu. Dengan memakai jurus memelaskan diri saya. Walhasil boleh.
Saya ambil dia malam itu juga, dengan kondisi gelap di
sekitar kandang, saya wathon comot saja satu. Dalam keadaan hujan, saya
masukkan dia dalam kardus lalu membawanya pulang. Naudzubillah ambune, koyo
nyanding thelek sak ulaaika.
Sampai di kamar saya taruh di kandang, karena dia memang
baunya tak bersahabat. Mulailah saya cari-cari nama, ternyata kucing yang saya
ambil itu cewek alias betina.
Tanpa minta pertimbangan siapa-siapa, apalagi shalat dua
rakaat istikhoroh, saya putuskan namanya adalah Hayun. Alasannya sepele saja,
karena kucing sebelumnya yang namanya Ome telah mati, dan harapan saya dengan
nama Hayun, ia akan hidup lebih lama dari pada Ome.
Hayun berasal dari bahasa Arab. Hayyun yang artinya hidup. Hehe
Gimana sangat relijiyes, kan?.
Walaubagainamapun, Hayun sudah saya jadikan sebagai keluarga. Artinya, hidupnya adalah tanggung jawab saya.
Guayamu ndes ndes. Tuku udud wae ngutang kok, nanggung uripe kucing. Po meh dadi pengeran ye?.
Hasyah... ngurussss
Posting Komentar untuk "Keluarga Baru: Hayun "