Surat Terbuka untuk Seorang Lelaki yang akan Bersama Perempuan yang Begitu Teguh
Apa kabar, bung? Semoga kebahagiaan meliputi di setiap hela hembusan napas.
Langsung saja. Begini, Bung. Daripada basa-basi, sebab basa-basi ini salah satu hal yang tidak ia sukai dari diri saya Bung.
Mungkin Bung bertanya-tanya tentang siapa saya sebenarnya yang tiba-tiba menulis surat ini. Santai saja, Bung. Sama sekali tak penting. Saya hanya seorang lelaki yang gagal untuk menjadi suami dari perempuan yang kelak akan Bung sanding. Sekali lagi santai saja.
Saya hanya tak bisa untuk diam begitu saja melihat perempuan teguh itu. Ia telah melewati sekian banyak rintangan untuk bisa lolos dan berhasil menjalani semuanya dengan baik, nyaris tanpa air mata yang dihambur-hamburkan. Ia cengeng, tapi dalam kesendiriannya, ini bagus. Dan ia sangat teguh di hadapan orang lain, hampir semua orang.
Mentalnya sekuat baja, Bung.
Saya hanya ingin meyakinkan Bung saja, bahwa perempuan itu begitu istimewa, dadanya sangat lapang jika hanya untuk menghadapi segala macam realita yang akan kalian hadapi kelak, maka jangan khawatir, Bung.
Bung tak akan sendiri jika seandainya suatu hari, Bung sedang mengalami keadaan yang paling buruk dan terpuruk sekalipun. ia akan teguh berdiri bahkan kalau perlu menopang Bung. Seandainya. cuma seandainya, Bung. Dan semoga Bung dijauhkan dari itu semua.
Mungkin, pada suatu hari, ketika ia sudah siap, ia akan bercerita dengan begitu terbuka tentang hubungan saya dengannya. Sebab, ia tak pernah sedikitpun melewatkan cerita sesepele dan sekecil apapun dengan seseorang yang ia percaya, apalagi yang ia cintai, yaitu Bung sendiri.
Percayalah! Bung merupakan laki-laki yang sangat beruntung. Seribu kali untung.
Lain waktu, Bung juga tak perlu cemburu jika ia bercerita tentang saya, dengarkan saja ia, Bung cukup diam dan sesekali menanggapinya, tapi jangan serius-serius, ia suka bercanda, jadi ajaklah ia sesering mungkin untuk bercanda, bahkan untuk menanggapi hal-hal yang serius sekalipun.
Satu lagi, Bung. ia bukan tipe perempuan yang ingin diperhatikan hanya dengan cara membuat pasangannya cemburu, itu norak sekali. Ia jauh dari tipe itu, Bung. Jadi jika ia bercerita tentang saya atau siapapun yang pernah dekat dengannya, ia hanya semata-mata ingin berbagi, tak lebih. maka santai saja lah.
Sebenarnya, saya hanya ingin menyampaikan tiga hal yang harus Bung ketahui, hal ini bukan berarti saya paling banyak tahu tentang dia, sama sekali bukan. Saya hanya ingin bercerita saja tentang dia di sini. Sebab saya merasa lebih dari enam tahun menemaninya, jadi saya rasa ini cukup untuk mengenali dia.
Pertama, Jika suatu hari ia marah-marah. Biarkan saja bung. Bung jangan ikutan marah. Cukup biarkan ia sejenak, tak lama kemudian jika sudah tenang, ia akan kembali pada awalnya dan silakan untuk membahas permasalahan. Ia memang keras, keras sekali, tapi bukan berarti ia kolot dan tak bisa diajak rembug. Ia hanya punya cara pandang tersendiri dalam memaknai sesuatu, dan terkadang Bung cuma butuh waktu untuk memberikan ia pemahaman yang baik.
Jika tidak bisa, cukup ajak ia jalan-jalan keluar rumah. Untuk sekedar makan siang atau makan malam, atau ngopi, tapi lihat keadaannya terlebih dahulu, suruh ia makan sebelum ngopi. Seringkali ia sakit perut hanya karena persoalan kopi, tapi ia suka, dulu. Entah sekarang.
Dia hanya butuh suasana yang baru untuk menciptakan kestabilan diri dan emosionalnya. Atau kalau Bung punya banyak waktu, ajaklah ia untuk naik gunung dan jalan-jalan kemana gitu. Ia ingin sekali naik gunung, dan mungkin sampai sekarang belum terlaksana.
Kedua, ia adalah perempuan cerdas. Ini penting sekali bung. Jadi jangan kaget jika pada beberapa hal, ia ternyata lebih dewasa dari Bung. Jauh lebih dewasa, oleh sebab itu jangan ragu untuk mendengar nasehat dan usulan-usulannya. Begitu pula dengan jangan ragu untuk menasehatinya, ia begitu sadar dengan dirinya yang kadang sentimentil dan ahhh agak kekanak-kanakan.
Kenapa saya bilang ia cerdas?
Ya karena dia sangat sangat cerewet, Bung pastinya tahu tanda orang cerdas salah satunya adalah cerewet (meskipun ada yang pendiam) dan ingat itu baik-baik Bung.
Suatu ketika Bung akan tidak bisa menyela sedikitpun jika ia sudah asyik bercerita. Cukup anggukkan kepala dan bilang iya, terus, lalu, masa iya. Cukup itu saja. Dan akhirnya ia akan bilang “aku terlalu cerewet ya?”
Dan Bung akan tersenyum saja, mungkin tertawa.
Ketiga. Ia bersaudara Bung. Dan ia sangat mencintai saudara-saudaranya, tapi jangan takut, ia akan memprioritaskan suaminya terlebih dahulu, bahkan kelak akan menomorduakan orang tuanya sendiri demi menaati Bung. Maka dari itu, kepatuhannya jangan sampai membuat Bung seenaknya saja membuat keputusan. Sering-seringlah berembug bersama. Meskipun hanya persoalan makan apa. Sayangilah saudara-saudaranya, bahkan sama seperti Bung menyayangi dia sebagai istri Bung. Dan, sayangi orang tuanya. Mereka adalah Bapak dan Ibuk yang kuat.
Terakhir ini, Bung. Sempatkanlah memberinya buku, Bung. Sebenarnya ia suka membaca, suka sekali, tapi ia hanya agak malas baca, aneh mungkin. Oleh karenanya bolehlah sekali dua kali dalam sebulan memberinya satu buku. Mungkin dengan diberi oleh seorang yang ia cintai bisa memulihkan semangatnya untuk baca buku. Owh, iya Bung. Sesekali Bung harus menggunakan bahasa Inggris, sebab ia pernah kursus bahasa inggris. Takut itu menjadi hal yang ia lupa dan akhirnya tak berguna.
Ini benar-benar terakhir, Bung. Jangan bosan mengingatkan ia untuk mendaras Quran, bukan karena ia malas, ia suka diingatkan dalam hal itu. Ia rajin mendaras quran, Bung. sepertinya juga saya tak yakin Bung lebih rajin dari dia. Jangan kaget bila pada malam-malam ia akan membangunkan Bung demi untuk shalat malam, dan pagi sebelum beraktifitas untuk mendirikan shalat dhuha.
Kapanpun acara pernikahan kalian, Bung. Semoga lancar sampai prosesi. Maaf, saya benar-benar tak mampu untuk datang. Sampaikan saja salamku padanya suatu hari nanti. Selamat Bung. Semoga Bung dan perempuan itu akan hidup selamanya, di dunia dan di surga kelak.
Post a Comment