Januari Hampir Habis
Januari hampir habis. Kita masih saling bertanya tentang takdir kemana (hati) kita akan bermuara. Kita tak bisa menciptakan takdir, karena hukum sebab-akibat hanyalah pikiran-pikiran kerdil kita saat melihat sebuah fenomena. Bukankah bilangan nol merupakan hasil dari kesulitan mendefinisikan angka sebelum satu(?) Lalu sebelum nol? Sebelum sebelumnya lagi dan sebelumnya lagi(?)
Banyak sekali hal-hal yang tak kita ketahui, tapi kita mempercayainya, juga hal-hal yang kita yakin ada tapi tak bisa memastikannya. Sehingga kita menciptakan istilah "tak tedefinisikan" atau "tak terhingga" untuk memuaskan pikiran kita, sebagaimana pertanyaan berapa jumlah simetri lingkaran?, atau bagaimana rasanya manisnya madu?
Sesuatu yang tidak kita ketahui/pastikan, tidak harus kita sangsikan. Kebaikan dan keburukan yang telah terjadi dan yang akan terjadi, hanyalah persoalan cara pandang. Keburukan hanyalah kebaikan yang tak diberi ruang, atau kata Cak Nun "kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara"
Kita tak perlu susah payah bercerita dan menjelaskan apa yang akan terjadi di esok hari. Cukuplah melakukan apa yang ada di depan mata kita sambil berdoa dan berprasangka baik kepada Allah bahwa segalanya akan baik-baik saja.
Setelah januari. Tak ada yang bisa kita lakukan selain berhenti. Ya, berhenti berandai-andai. Takdir kita sudah ditentukan, kita tinggal menjalani, sesuai kapasitas kita sebagai manusia. Optimislah, segalanya akan baik-baik saja, bahkan tanpa kita melakukan apa-apa.
Sebagaimana biasanya, ada atau tanpa kita, dunia ini akan baik-baik saja.
Post a Comment