Ads #1

Hidup Itu Pilihan Atau Dipilihkan?



Terkadang, kita sulit membedakan mana itu takdir dan mana itu nasib. Kalau kita Jomblo, itu nasib, bukan takdir. 

Nasib itu bisa berubah dengan kita berusaha, nah kalau takdir itu udah tidak bisa diubah lagi, tragedi Mina itu takdir, matinya Salim Kancil juga takdir, bahkan Jokowi sekarang dibuli di mana-mana juga takdir, karena terkadang Tuhan juga menciptakan sesuatu untuk dijadikan bahan bulian.

Lah, anggap aja itu hiburan gratis nasional bagi rakjat Endonesa. Tapi kalau rupiah melemah itu nasib lho ya, bukan takdir, karena suatu hari akan berubah, lebih lemah lagi. Ehh…

Menentukan pilihan. 

Memangnya kita punya pilihan hidup ini untuk apa dan kemana?. 

Jawabannya tergantung, tinggal paradigma kita aja melihat dari mana. Kalau kita anggap semua tingkah laku manusia ini sebagai takdir, dan Tuhan bertindak secara prerogatif sebagaimana porsinya sebagai Tuhan, ya sudah selesai kita tidak perlu memilih apa-apa sebab kita memang tidak pernah bisa memilih apa-apa. Hidup itu dipilihkan.

Di satu sisi pandangan seperti ini ada benarnya. Karena faktanya kita tidak pernah bisa memilih lewat rahim siapa kita dilahirkan, di mana, dan beragama apa. 

Tau-tau pokoknya kita lahir dan hidup begitu saja di dunia ini, banyak masalah, banyak utang, dan banyak galaunya timbang sukurnya.

Pilihan, beberapa hal kita juga harus memilih, sebab memilih itu menentukan sikap, ketegasan, keberpihakan. Jadi memilih itu spekulatif dong?, ya jelas lah. 

Di dunia ini apa yang tidak dilihat dari untung rugi, lah wong ibadah yang katanya harus ikhlas saja ternyata semata-mata ingin kenikmatan surga, kok.

Buktinya dulu kita bisa milih, Jokowi apa Prabowo?. Saaatu atau duaa? Pilih aku atau diaaa? (yang kamu suuka). 

Bahkan tidak memilih pun adalah sebuah pilihan, seperti jika di antara kita ada yang golput pas pilpres kemaren.

Yang jelas, memilih itu butuh keberanian, ya berani untuk untuk mempertanggung jawabkan pilihan itu, minimal bertanggung jawab pada diri sendiri lah, sebelum kepada lingkungan dan Tuhan. 

Beruntunglah bagi kalian yang sudah menentukan pilihan (hidup), jadi apa, nikah dengan siapa, kuliah di mana, mau selesai semester berapa, dan lain sebagainya. 

Jika belum bisa memilih, mintalah saran kepada orang tua, sahabat, pacar juga boleh ... 
Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: [email protected]

Post a Comment for "Hidup Itu Pilihan Atau Dipilihkan?"