Surga Bukan Tujuan

Table of Contents
Banyak sekali redaksi di dalam al-Qur’an yang mengatakan bahwa balasan bagi orang yang berbuat baik, bertakwa, beriman dan melakukan kewajibannya dengan baik akan diberikan balasan surga oleh Allah. (QS. al-Baqarah: 25, 62, Ali Imran: 198, dsb). 

Dengan banyaknya ayat yang demikian, maka wajar bila manusia berlomba-lomba untuk menuju surga yang sering dikatakan “abadi di dalamnya” 


Bahkan saking silaunya terhadap surga, manusia sering mengklaim muslim yang tidak sepaham dengan cara “kemuslimannya” dianggap sebagai penghuni neraka.

Benarkah surga abadi/kekal?. Kukira kok kurang tepat, meskipun banyak ayat surga yang diiringi dengan redaksi “khalidina fiha Abadan” (kekal di dalamnya selamanya). 

Abadi adalah rahmat dari Allah SWT, bukan surga itu. Bukankah dengan mudah saja Allah mengusir manusia yang sudah berada di dalamnya, seperti kisah Adam dan Hawa. (QS. al-A’raf: 18. Thaha: 123). 

Yang dimaksud khalidina fiha Abadan adalah bukan surga, namun rahmat-Nya. Surga tidak kekal, namun dikekalkan, dan yang bisa mengekalkan manusia di dalam sana adalah rahmat Allah.
 
Manusia adalah makhluk terbaik (Masterpiece) Allah SWT (QS. At-Tin: 4). Benar, bahwa semua ciptaan-Nya adalah sempurna (tidak ada kekurangan dan sesuai dengan kebutuhan), namun yang disebut di dalam al-Qur’an dengan bentuk ciptaan yang sebaik-baiknya adalah manusia (fi ahsani taqwim). 

Dan surga tentu tidak lebih baik dari manusia. Apakah manusia mengejar sesuatu yang tidak lebih baik darinya?. Saya kira tidak. 

Watak manusia secara mendasar tidak mengejar sesuatu yang tidak lebih baik darinya. Lalu apa yang lebih baik dari manusia?. Tentu Allah dengan segala sifat-sifat-Nya. Rahmat salah satunya.

Rahmat merupakan bentuk dari kasih sayang Allah kepada makhluknya tanpa terkecuali. Semua yang terjadi di dunia ini juga tidak ada yang luput dari kehendak-Nya, seperti firman Allah dalam al-Qur’an “Apa yang kamu kehendaki, (tidak dapat terlaksana) kecuali dengan kehendak Allah.” (QS Al-Insan: 30). 

Begitu pula masuknya manusia ke surga atau neraka, tidak ada alasan lain kenapa manusia bisa mendapatkan surga kecuali dengan rahmat-Nya.

Surga dan neraka itu tidak jelas bagi masa depan manusia di akhirat, tidak ada seorang pun yang mampu menjamin dirinya atau orang lain untuk masuk ke dalam surga. 

Buat apa manusia mengejar sesuatu yang belum jelas akhirnya? 

Tidak ada yang lebih jelas di dunia ini kecuali rahmat Allah yang telah diperuntukkan kepada semua makhluk, tanpa terkecuali manusia.

Lalu status ibadah dan perbuatan kita bagaimana?. Ibadah dan perbuatan manusia adalah “fatamorgana” apabila tidak diiringi dengan adanya rahmat-Nya, sia-sia. 

Apakah kita bisa melakukan ibadah apabila jasmani tidak sehat, tanpa oksigen yang kita hirup?. Tidak sama sekali. kita bisa berbuat baik dan melakukan ibadah apapun merupakan bentuk dari rahmat Allah.

Kita tetap konsisten dengan ibadah dan semua perbuatan baik yang harus kita lakukan kepada semua makhluk Allah, namun hal itu kemudian tidak membuat kita “Ge Er” dengan berbangga diri bahwa surga sudah di sisi kita lantaran amal perbuatan kita, jika demikian, Allah seolah-olah didikte oleh perbuatan kita, bukankah Ia qiyamuhu binafsihi?

Kita sebagai muslim tidak diberikan hak untuk memvonis muslim lain sebagai penghuni neraka, sesat, bahkan kafir. 

Sebab belum tentu kita sendiri akan dimasukkan ke surganya Allah sebagai bentuk rahmat-Nya. Surga tidak hanya tempat bagi manusia yang beramal shaleh, ta’at kepada Allah, dst. 

Namun lebih dari itu, yakni mereka adalah manusia-manusia yang mendapatkan rahmat Allah di dunia dan akhirat.

Sekali lagi, tidak sepatutnya kita mengejar surga. Sebab surga tidak lain hanyalah salah satu dari sekian banyaknya rahmat Allah yang diberikan kepada manusia. Semua ibadah dan niat perbuatan baik kita bukan untuk mendapatkan surga, namun untuk mendapatkan rahmat Allah. 

Bukan surga yang menjadi tujuan kita, namun rahmat Allah lah yang sepatutnya menjadi tujuan kita dan harapan terakhir kita.
Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: janurmusthofa@gmail.com

Post a Comment