Santri Apa Santri 3
Santri Mbeling

Suara
tongkat pengurus yang dibentur-benturkan ke lantai, jendela kamar, pintu kamar
mulai membangunkan santri yang sedang terlelap, bahkan ada yang merasa
terganggu dengan suara-suara itu, karena pada saat-saat seperti itulah hal yang
paling membosankan di pesantren. Dibangunkan secara kasar.
Para
santri bergegas menuju kamar mandi lalu ke mushola dan mengikuti irama asma’ul
husna. Bila dilihat dari kejauhan mereka sangat khidmat, karena posisi mereka
sedang duduk dengan kepala mendeku –padahal sebenarnya kebanyakan dari mereka
sedang meneruskan mimpinya yang sempat tertunda.
Kamar M
1 (bukan M 150 :D) sangat tersohor dengan keampuhan para penghuninya masalah
tidur. Tidak sedikit dari penghuninya yang jarang berjama’ah shalat, terutama
shalat subuh. Bahkan sampai pengurus pun judeg minta ampun bila sudah
jatah untuk membangunkan penghuni kamar M 1.
(Lantunan asma’ul husna selesai. Adzan subuh berkumandang)
Sang
imam masuk ke mushola dan mendirikan shalat sunnah rawatib qabliyah subuh. Para
santri hanya sebagian yang mengikuti, sebagian lagi masih asik meneruskan
tidurnya di mushola, malah tanpas sadar ada yang sampai melukis pulau di
sarungnya. Pada saat itu penghuni kamar M 1 pun masih pulas mendengkur, mugkin
sudah tak terhitung lagi berapa kali pengurus memasuki kamar itu untuk
membangunkan, namun hasilnya tetap Nihil.
Seperti
biasa, setelah shalat rawatib qabliyah dilaksanakan, sang imam memimpin bacaan
“yaa hayyu yaa qayyum laa ilaaha illaa anta” selama 41 kali dengan nada
yang khas pesantren yang cocok untuk nada ninabobok bagi yang ngantuk kemudian
ditutup dengan doa. Di sela-sela pembacaan wirid itu, pengurus masih
melihat-lihat kondisi kamar M 1, ternyata lampu belum menyala, pertanda masih
tertidur. Dengan cepat dan dongkol, pengurus pun menghampiri kamar M1 lalu
membuka pintunya secara kasar. “Mid Hamid, Tangi Mid, Subuh! Ad Fuad Tangi!
Id Said Tangi!” seraya menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan kayu. Mereka
pun tetap saja hanya membalas igauan tak jelas.
Tiba-tiba
Hamid duduk tapi mata masih terpejam “Yoo ayo do turu raa usah do ngaji –yoo
ayo do turu raa usah do ngaji –yoo ayo do turu raa usah do ngaji” dia
melantunkan sama seperti nada para santri mewiridkan “yaa hayyu yaa qayyum
laa ilaaha illaa anta”
Pengurus
itu tidak berpikir lama, kamar M1 itu ditinggalkan karena iqamat sudah
berdendang. Para santri yang tertidur di mushola segera berdiri melaksanakan
shalat subuh berjama’ah.
Unduh Tulisan ini, Klik di sini...
Posting Komentar untuk "Santri Apa Santri 3"