Yo Ayo do turu ra usah do Ngaji; Wiridan Santri Mbeling

Table of Contents

Bacaan asma’ul husna lamat-lamat melantun lewat speaker towa di Pesantren. Para santri seperti biasa, malah semakin nyaman dan asik bergelut dengan selimut –meski hanya dengan sarung atau sajadah kusam. Hanya beberapa santri saja yang bangun –katakanlah pengurus yang bertugas membangunkan para santri atau santri teladan. Padahal, saat itu konon malaikat sedang turun ke bumi dan mengamini doa-doa hamba. 

Suara tongkat pengurus yang dibentur-benturkan ke lantai, jendela kamar, pintu kamar mulai membangunkan santri yang sedang terlelap, bahkan ada yang merasa terganggu dengan suara-suara itu, karena pada saat-saat seperti itulah hal yang paling membosankan di pesantren. Dibangunkan secara kasar.

Para santri bergegas menuju kamar mandi lalu ke mushola dan mengikuti irama asma’ul husna. Bila dilihat dari kejauhan mereka sangat khidmat, karena posisi mereka sedang duduk dengan kepala mendeku –padahal sebenarnya kebanyakan dari mereka sedang meneruskan mimpinya yang sempat tertunda.

Kamar M 1 (bukan M 150 :D) sangat tersohor dengan keampuhan para penghuninya masalah tidur. Tidak sedikit dari penghuninya yang jarang berjama’ah shalat, terutama shalat subuh. Bahkan sampai pengurus pun judeg minta ampun bila sudah jatah untuk membangunkan penghuni kamar M 1.

(Lantunan asma’ul husna selesai. Adzan subuh berkumandang) 

Sang imam masuk ke mushola dan mendirikan shalat sunnah rawatib qabliyah subuh. Para santri hanya sebagian yang mengikuti, sebagian lagi masih asik meneruskan tidurnya di mushola, malah tanpas sadar ada yang sampai melukis pulau di sarungnya. Pada saat itu penghuni kamar M 1 pun masih pulas mendengkur, mugkin sudah tak terhitung lagi berapa kali pengurus memasuki kamar itu untuk membangunkan, namun hasilnya tetap Nihil. 

Seperti biasa, setelah shalat rawatib qabliyah dilaksanakan, sang imam memimpin bacaan “yaa hayyu yaa qayyum laa ilaaha illaa anta” selama 41 kali dengan nada yang khas pesantren yang cocok untuk nada ninabobok bagi yang ngantuk kemudian ditutup dengan doa. 

Di sela-sela pembacaan wirid itu, pengurus masih melihat-lihat kondisi kamar M 1, ternyata lampu belum menyala, pertanda masih tertidur. Dengan cepat dan dongkol, pengurus pun menghampiri kamar M1 lalu membuka pintunya secara kasar. “Mid Hamid, Tangi Mid, Subuh! Ad Fuad Tangi! Id Said Tangi!” seraya menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan kayu. Mereka pun tetap saja hanya membalas igauan tak jelas. 

Tiba-tiba Hamid duduk tapi mata masih terpejam “Yoo ayo do turu raa usah do ngaji –yoo ayo do turu raa usah do ngaji –yoo ayo do turu raa usah do ngaji” dia melantunkan sama seperti nada para santri mewiridkan “yaa hayyu yaa qayyum laa ilaaha illaa anta” 

Pengurus itu tidak berpikir lama, kamar M1 itu ditinggalkan karena iqamat sudah berdendang. Para santri yang tertidur di mushola segera berdiri melaksanakan shalat subuh berjama’ah. 

Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: janurmusthofa@gmail.com

Post a Comment