Ads #1

Akibat Mati Lampu

Setelah selesai jama'ah shalat maghrib dilakukan di mushola pondok, kebetulan hari itu hari senin, jadi kegiatan mengaji libur. Tentu para santri senangnya gak ketulungan (bagi yang rajin ngaji, yang tidak ya biasa saja. hehehe). 

Tiba-tiba turunlah hujan lebat sekali, diiringi petir yang menyambar-nyambar seperti aliran listrik. Menjadikan suasana temaram itu jadi bertambah nyaman untuk minum kopi dan menyulut rokok, dan dopo'an (ngobrol).

Salah satu santri ndalem (santri yang mengabdi kepada kyai), namanya Abdul (samaran. hehehe) merasa perutnya diserang lapar, karena cacing yang ada di perutnya protes ketika itu, maklum
juga, dia memang terkenal banyak makannya. Dia masuk ke dapur ndalem kyai, seperti biasa dia tidak mengajak santri ndalem yang lain. Abdul berlari-lari menuju dapur karena menghindari hujan.

Sesampainya di dapur ndalem, ia pun makan sambil duduk di lantai dapur. Sepi pada saat itu, karena Bunyai dan Paknyai sedang berada di beranda rumah bercengkrama sambil menikmati teh hangat. Abdul pun menikmati kesepian pada saat itu, karena ia bisa makan sepuasnya tanpa pengawasan Bunyai. Ia mengambil lauk ini dan itu sampai penuh piringnya.

Saat ia menghabiskan sesendok nasi terakhir di piringnya, tiba-tiba listrik padam. Tapi hal itu bukan masalah baginya, karena ia sudah hafal betul tempat-tempatnya.. Lalu ia taruh piringnya di tempat cucian dan mencucinya. Ia taruh piringnya di rak didekatnya dengan meraba-raba karena takut ada yang kesenggol dan pecah. 

Di sela-sela penglihatannya yang samar itu, ia meraba di atas rak piring, ternyata ada kacang sepanci besar. Tanpa pikir panjang, ia raih kacang-kacang itu, lalu ditaruh di kedua saku bajunya, kanan dan kiri.

Setelah itu ia berjalan cepat keluar dari dapur, sesampainya di depan pintu ia ingin mencicipi kacangnya. Diraihnya sebutir kacang dan dimakannya. Ternyata kacang itu masih mentah dan segera dimuntahkannya, "asem" ia menggerutu. Lalu ia banting setir putar haluan kembali di depan rak itu, lalu dikembalikannya semua kacang yang ada di kedua sakunya. 

Ia terlihat tergesa, dan pada saat itu tiba-tiba datang Bunyai dari belakang dan listriknya hidup kembali. Abdul pun kelimputan bingung. "Ngopo e, Dul?" Tanya Bunyai. "Nganu bu, ini ... *()&^^$%$#$%#)_ Jawab Abdul sambil mengembalikan sisa-sisa kacang yang ada di kedua sakunya.
Qowim Musthofa
Qowim Musthofa Blogger yang tinggal di Bantul. Mengajar di Institut Ilmu al-Qur'an (IIQ) An-Nur Yogyakarta. Terima kasih telah berkunjung. Korespondensi melalui surel: [email protected]

4 comments for "Akibat Mati Lampu "

Comment Author Avatar
waah kalo kaya begitu namanya nyuri bukan?? :D
Comment Author Avatar
Bukan nyolong. Bagaimana bisa dianggap nyolong. Bunyai dan Pakyai aja ngasih ilmu kepada santri tanpa pamrih alias ikhlas. Lha ini cuma kacang, pasti diikhlasin. hahahaha :D